#Hariini gw mau nulis tentang film "Fly Me To Polaris" kesukaan gw.
https://fjb.m.kaskus.co.id/product/57714718507410c45a8b457d/vcd---fly-me-to-polaris-1999/
Film ini dibuat tahun 1999 (jaman gw masih SMP) dan dibintangi oleh Richie Ren dan Cecilia Cheung.
Film ini bercerita tentang seorang pasien (Richie Ren) yang tidak dapat melihat dan mendengar, yang bersedia tinggal di Rumah Sakit sebagai "kelinci percobaan". Saat ada penemuan obat baru, maka obat itu akan dicoba terlebih dahulu oleh si Pasien. Si Pasien pun jatuh cinta pada seorang suster (Cecilia Cheung) yang tinggal di asrama Rumah Sakit, tapi sayang si Pasien harus meninggal karena kecelakaan sebelum dia mengungkapkan perasaannya. Si Pasien tertabrak mobil di depan Rumah Sakit.
Nasib baik masih berpihak kepada si Pasien. Setelah meninggal, dia diberikan satu permintaan oleh "malaikat penjaga". Tentu saja kesempatan ini tidak disia-siakan oleh si Pasien untuk dapat hidup kembali. Dan permintaannya pun dikabulkan tapi dia hanya bisa hidup selama 5 hari dan orang-orang yang melihatnya tidak akan mengenalinya sebagai si Pasien. Selain itu ada syarat yang tidak boleh dilanggar oleh si pasien, yaitu dia tidak boleh memberitahukan identitas sebenarnya. Walaupun dia berusaha untuk memberitahukannya, dia tetap tidak akan dapat melakukannya.
Pada hari pemakamannya, si Pasien hidup kembali. Namun orang-orang yang melihatnya tidak mengenalinya sebagai si Pasien, selain itu dia pun dapat melihat dan mendengar. Untuk dapat mendekati si Suster, si Pasien pun menyamar sebagai Agent Asuransi (selanjutnya akan ditulis sebagai Agent).
Malam Pertama...
Untuk dapat bicara dengan si Suster, Si Agent pergi ke asrama Suster pada malam harinya. Si Agent mengaku bahwa si Suster merupakan ahli waris dari asuransi yang dibeli oleh si Pasien.
Pembicaraan pun dilanjutkan di kantin Rumah Sakit. Selama menunggu si Suster, si Agent memesan minuman Seven Up dengan garam. Dia juga bersikap sok kenal dengan melambaikan tangannnya kepada Pemilik Kantin. Si Pemilik Kantin pun heran dengan sikap si Agent dan cara minumnya yang mirip dengan si Pasien.
Saat si Suter datang, si Agent pun harus melakukan verifikasi data si Suster terlebih dahulu dan memastikan bahwa si Pasien meninggal (murni) karena kecelakaan, bukan karena ada unsur pembunuhan. Tentu saja si Suster tersinggung dan bergegas pergi, saat si Agent mengatakan bahwa ada kemungkinan unsur pembunuhan pada kematian si Pasien. Melihat si Suster pergi, si Agent berusaha untuk mengatakan bahwa dirinya adalah si Pasien, namun gagal. Si Agent terserang epilepsi. Kejadian ini membuat si Pemilik Kantin menaruh curiga.
Malam Kedua...
Hari selanjutnya si Suster mengambil cuti dan pergi ke rumah kakaknya. Si Agent pun pergi menyusulnya. Tapi sebelum si Agent tiba di rumah kakaknya si Suster, ada si Dokter yang tiba lebih dahulu dengan membawa cheese cake. Tentu saja si Dokter ini menyukai si Suster.
Saat si Dokter sedang mengajak si Suster untuk nonton konser musik, si Agent tiba. Dia sangat senang saat melihat si Suster, tapi senyumnya hilang saat si Dokter muncul dari belakang si Suster. Si Suster pun menanyakan maksud kedatangan si Agent, dan si Agent pun menyerahkan sepucuk surat dan rekaman kepada si Suster. Di dalam surat dan rekaman itu berisi pernyataan si Agent bahwa dirinya adalah si Pasien.
Ketika makan malam, si Dokter menawarkan cheese cake kepada si Suster tapi si Agent langsung menahannya karena si Suster tidak suka dengan keju. Si Dokter keheranan, bagaimana si Agent bisa mengetahuinya. Si Suster pun mengiyakan pernyataan si Agent bahwa dia tidak suka keju. Si Agent pun menjadi besar kepala. Tapi si Suster membalasnya dengan dingin dan pergi. Lagi-lagi si Agent berusaha menahan kepergian si Suster dengan mengatakan bahwa dirinya adalah si Pasien, tapi si Agent kembali terserang epilepsi.
Malam Ketiga...
Keesokan harinya si Suster menemui si Agent, yang tidur semalaman di luar rumah, dan mengatakan bahwa dia sudah membuka surat dan rekaman si Agent. Si Agent sangat senang, tapi lagi-lagi kecewa kembali muncul. Si Suster mengatakan bahwa tulisan di surat tidak dapat terbaca dan isi rekamannya kosong. Si Suster mengira bahwa isi surat dan rekaman itu adalah permohonan maaf si Agent dan dia pun menerima maksud baik si Agent.
Karena si Suster akan menonton konser musik dengan si Dokter, maka si Dokter pun memberi tumpangan di mobilnya kepada si Agent. Saat dalam perjalanan, si Agent sempat membicarakan mengenai buku harian si Pasien, tentu saja hal ini menarik perhatian si Suster. Dan dia pun ingin melihat buku harian tersebut, yang sebenarnya tidak pernah ada. Mereka pun janji bertemu setelah si Suster selesai nonton konser pada malam hari.
Si Agent pun mulai mencari buku harian kosong dan menulisnya dengan huruf braille. Tapi itu mustahil untuk menulis semua kenangan si Pasien dengan si Suster dalam waktu hitungan jam, apalagi waktu janjian antara si Agent dengan si Suster sudah hampir tiba. Karena sudah tidak ada waktu lagi, maka si Agent hanya dapat menulis satu baris huruf braille dan menggosok-gosokkan buku harian itu ke lantai agar terlihat lusuh. Lalu pergi menemui si Suster.
Saat bertemu, si Agent pun mengeluarkan buku harian itu. Si Suster pun ingin memegang dan melihat isi buku harian tersebut. Tapi hal itu dicegah oleh si Agent karena si Suster tidak dapat membaca huruf braille, dan si Agent menawarkan bantuan untuk membacakan isi buku harian tersebut. Si Suster pun menyetujuinya.
Mulailah si Agent bercerita tentang kenangan si Pasien dengan si Suster. Mendengar isi buku harian itu, si Suster pun menangis karena teringat kenangannya dengan si Pasien. Belum selesai si Agent bercerita, si Suster sudah menghentikannya. Dia tidak tahan lagi mendengarnya dan pergi.
Di sebuah tempat sepi, si Suster mengeluarkan boneka kecil milik si Pasien dan menumpahkan perasaannya sambil menangis. (Gw pun ikut nangis)😭😭😭
Sedangkan si Agent kembali ke Rumah Sakit, karena selama ini si Agent tinggal di kamar yang ditempati si Pasien. Saat di depan Rumah Sakit, dia melihat orang yang menabraknya sedang berdoa di tempat si Pasien tertabrak. Si Agent marah-marah kepada si Penabrak tersebut. Si Penabrak pun panik dan berlari pergi. Si Agent sangat frustasi dan berniat bunuh diri dengan menabrak diri ke mobil yang melintasi. Tapi usahanya gagal. Karena mobil yang melintas adalah mobil milik si Pemilik Kantin.
Si Pemilik Kantin mengajak si Agent ke rumahnya. Dia pun menyediakan minuman Seven Up dan garam untuk si Agent. Lagi-lagi si Pemilik Kantin melihat dengan curiga cara minum si Agent yang mirip si Pasien. Lalu dia pun meminta si Agent untuk memijat bahunya. Si Agent pun menyetujuinya.
Terkejutnya si Pemilik Kantin saat si Agent memijatnya, karena cara memijatnya sama dengan si Pasien. Si Pemilik Kantin pun mulai mengorek informasi bahwa si Agent adalah si Pasien dengan menanyakan kapan pulang ke Taiwan? karena si Pasien berasal dari Taiwan. Si Agent yang mengerti maksud pertanyaan si Pemilik Kantin, menjawab bahwa 2 hari lagi dia akan pergi. Si Pemilik kantin pun memberikan nasehat kepadanya sebelum pergi. Selain itu, Si Pemilik Kantin pun meminta bantuan kepada si Agent untuk memberikan salam kepada putrinya, yang sudah meninggal, jika bertemu nanti.
Malam Keempat...
Pada hari ini Si Agent hanya mengamati kegiatan si Suster di Rumah Sakit dari jauh dan membantunya secara sembunyi-sembunyi. Setelah selesai bertugas, si Suster pergi ke supermarket. Si Agent pun mengikutinya dan meletakan beberapa kaleng manisan buah kesukaan si Suster ke keranjang belanja si Suster. Saat di kasir, si Suster merasa heran dengan banyaknya kaleng manisan buah. Dia pun mencari sosok seseorang yang telah meletakan kaleng manisan buah tersebut, dan berharap orang tersebut adalah si Pasien.
Si Suster pun menghabiskan satu kaleng manisan buah tersebut di dalam mobilnya, yang terparkir di parkiran supermarket. Sedangkan si Agent terus berdiri di tempat tersembunyi, sambil terus memperhatikan si Suster.
Malam Kelima...
Si Suster mulai curiga jika si Pasien masih hidup. Dia pun mengatakannya kecurigaannya kepada si Dokter. Tapi si Dokter mengatakan bahwa orang yang sudah meninggal tidak mungkin hidup kembali.
Di saat sedang gundah itu, si Suster mendengar suara Saxophone. Dia pun berlari menuju sumber suara tersebut. Dia tidak menyangka jika yang memainkan saxophone itu adalah si Doker. Si Suster yang berharap bahwa yang memainkan saxophone itu adalah si Pasien, cukup sedih dan menangis di pelukan si Dokter.
Si Dokter yang telah mengetahui bahwa si Agent adalah si Pasien, akhirnya memberitahukan bahwa yang bermain saxophone itu adalah bukan dia, melainkan si Agent. Si Suster pun langsung pergi mencari si Agent. Tempat pertama yang dituju adalah kamar si Pasien.
Saat tiba di kamar si Pasien, si Suster tidak menemukan si Agent. Dia hanya menemukan radio dan sebuah cangkir yang terisi air panas. Si Suster pun mulai mencari petunjuk lain di kamar itu. Dan dia menemukan sebuah saxophone, lalu foto-foto si Pasien dan buku harian yang dibuat si Agent. Si Suster pun membuka buku harian tersebut. Dia cukup terkejut saat melihat isi buku harian itu hanya berisi satu baris huruf braille. Akhirnya dia sadar bahwa si Agent adalah si Pasien. Maka dia pun pergi mencari di sekitar Rumah Sakit.
Si Suster terus memanggil nama si Pasien. Si Agent yang sedang duduk di dalam gereja Rumah Sakit, mendengar suara si Suster yang memanggil nama si Pasien. Dan lagi-lagi, si Agent mengikuti si Suster dari belakang secara sembunyi-sembunyi.
Tempat yang akhirnya dituju oleh si Suster adalah kolam renang. Di sana si Suster, yang tidak bisa berenang, mengancam si Pasien bahwa dia akan melompat ke kolam renang jika si Pasien tidak muncul. Si Pasien hanya bisa menangis di belakang tembok. Karena tidak ada respon dari si Agent, maka si Suster pun melompat ke dalam kolam renang. Panik melihat si Suster melompat, si Agent pun ikut melompat ke kolam renang dan menolongnya.
Di tepi kolam renang, si Suster sangat senang dan menggambar bintang jatuh di kening si Agent, seperti saat si Suster menggambar bintang jatuh di kening si Pasien sebelum peristiwa kecelakaan terjadi. Belum selesai si Suster menggambar bintang jatuh, si Agent menghentikan tangan si Suster dan pergi. Si Suster pun mengejarnya dari belakang sambil memanggil nama si Pasien.
Si Agent pun berhenti dan mengatakan bahwa dia bukan si Pasien, melainkan si Agent. Si Suster pun mengatakan bahwa si Agent bukanlah agent asuransi dan si Agent pun membenarkannya. Si Susterpun akhirnya mengatakan perasaannya kepada si Agent. (Nangis bombay dah gw)😭😭😭😭😭😭
Akhirnya mereka pun duduk berdua di teras dekat kamar si Suster, menantikan bintang jatuh. si Agent pun teringat kapan dia harus meninggalkan dunia, yaitu hanya sampai hujan meteor.
Selama menantikan hujan meteor tersebut, si Agent menelpon ke salah satu stasiun radio. Banyak yang menantikan moment itu sambil mendengarkan radio, termasuk si Pemilik Kantin yang sedang membakar uang kertas. Sedangkan si Suster hanya menangis sambil terus memegangi tangan si Agent.
Moment hujan meteor pun mulai terjadi, itu artinya si Agent harus pergi. Si Suster tidak rela dengan kepergian si Agent. Dia menuliskan satu huruf di telapak tangan si Agent. Lalu tubuh di si Agent berubah menjadi bintang-bintang secara perlahan mulai dari kaki. Si Suster hanya bisa melambaikan tangannya sambil terus menangis. Si Agent pun membalas lambaian itu dan perlahan berubah menjadi bintang dan menghilang bersamaan dengan banyaknya bintang jatuh. (banjirlah air mata gw)😭😭😭😭😭😭😭😭😭
End...
Dari pertama kali gw nonton di tahun 2000, sampai dengan tahun 2019 gw sudah 8 kali nonton. Setiap kali nonton, setiap kali juga gw nangis. Walaupun sudah tahu jalan ceritanya tapi gw gak pernah bosan menontonnya.
Di saat banyak orang menangis saat nonton film sedih, hanya gw yang gak bisa menangis. Gw pun dibilang "tidak punya hati". Tapi saat gw nonton film Fly Me To Polaris, barulah gw menangis. Fly Me To Polaris adalah film pertama yang bisa membuat gw menangis.