Monday, December 16, 2019

AMBLE (20191216)

16 Desember (enAM BeLas desembEr)

#Hariini gak tahu kenapa gw kepikiran saat gw kerja di luar kota. Dan emosi gw jadi gak stabil.

Gw kerja di kantor itu hanya 9 bulan. Gw ditempatkan di kantor cabang sebagai manager. Gw dapat fasilitas rumah di dekat kantor, karena perjalanan gw dari rumah-kantor sekitar 3,5 jam via bus dan dari kantor-rumah sekitar 6 jam via busway. Total perjalanan gw rumah-kantor-rumah 9,5 jam, melebihi office hour😅

Sebenarnya banyak alasan kenapa gw resign, yaitu
- lingkungannya tidak aman, banyak preman di sana
- cara pandang gw dan bos yang tidak sejalan dalam menghadapi masalah dan manajerial. 

Mungkin karena gw sebelummya kerja di perusahaan besar, jadi cara kerja gw gak cocok di perusahaan kecil. Padahal di awal gw kerja, bos bilang mau memajukan perusahaan. Tapi ternyata cara kerja kami untuk memajukan perusahaan berbeda.

Cara kerja gw untuk memajukan perusahaan, yaitu dengan membenahi sistem manajemen dan administrasi perusahaan, sedangkan bos gw lebih memilih bagaimana cara mendapatkan income.

Brilio.net

Menurut gw, bagaimana perusahaan mau mendapatkan income jika administrasinya berantakan? Hal itulah yang membuat perusahaan "ditindas" oleh pegawai dan customer.

Contoh:
Saat customer datang untuk mengajukan complaint, gw minta data customer ke pegawai kantor. But she said "no data". What?????? Gw gak percaya. Perusahaan property gak punya data customer!!! Wow... Amazing... Salut 👍👍👍

Akhirnya gw pun mau tidak mau mengikuti kemauan si customer, walaupun gw tahu si customer yang melakukan kesalahan. Tapi apa mau dikata, gw gak punya "senjata" untuk perang (berargumen). #tepokjidat

Oleh karena itu, gw memilih untuk membenahi administrasi perusahaan lebih dulu. Gw audit semua data-data yang ada. Dan hasilnya gw cuma bisa tepuk tangan. Yup... Data-data tentang jual beli rumah, pajak, dan lain-lain berantakan, baik sistem fillingnya maupun kelengkapannya. Banyak data yang hilang, belum lagi cara kerja pegawai yang santai.

Dengan kehadiran gw, gw mau rubah cara kerja pegawai. Gw jelaskan cara kerja gw yang cepat, tanpa menunda pekerjaan, semuanya harus tertulis, jika ada masalah jangan diacuhkan dan gw mau semuanya perfect. 

Setiap minggu gw adakan meeting untuk mendengar kendala mereka di kantor. Dan kendala mereka pun gw tuangkan dalam risalah rapat, sehingga kendala mereka bisa gw ajukan ke bos untuk memcari solusi bersama. Tapi kebiasaan meeting itu gw hilangkan beberapa bulan sebelum gw resign. 

Selain itu gw pun membuatkan simple database semua data customer, pajak dan lain-lain. Untuk laporan keuangannya, gw buatkan laporan sistem cash flow yang lebih rinci dan juga sistem budgeting, sehingga jelas aliran uang perusahaan. 

Data perusahaan dari awal berdiri pun gw bongkar. Sistem filling pun gw terapkan secara sistematis, sehingga lebih mudah dalam mencari data. Tapi karena banyak data yang hilang, hasil kerjaan gw pun seadanya. 

Perubahan yang terasa sekali gw rasakan adalah cepatnya memberikan data yang direquest owner. Entah owner atau bos merasakannya atau tidak. 

Selain itu, gw pun membuatkan perjanjian kerja dengan pegawai kontrak, yang selama ini bekerja tanpa ada hitam di atas putih.

Lalu gw juga membuatkan perjanjian kerjasama dengan marketing agent dan bagaimana cara mereka mengklaim komisi mereka. Karena sebelumnya, lagi-lagi tidak tertulis.

Lalu gw juga membuatkan berkas-berkas pendukung untuk customer yang selama ini hanya dilakukan secara lisan.

Itulah perbedaan mencolok cara kerja diperusahaan besar dan perusahaan kecil, yang masih mengandalkan sistem "lisan". 

Gw tahu bahwa si bos dan pegawai kantor tidak terlalu suka dengan sistem kerja gw yang base on "Tertulis". Mereka masih berpikir bahwa semuanya menjadi serba rumit. But i don't care... Karena gw gak mau jika gw menghadapi "perang" lagi, gw gak punya senjata. Mereka belum mengerti akan pentingnya senjata untuk berperang, terutama mengenai masalah finance.

Pertengahan Mei 2018, kemarahan gw ke bos memuncak, saat family outing perusahaan.

Si bos berencana untuk outing ke Sawarna pergi-pulang. Gw menolak rencana itu. Gw yang sudah 2 kali ke sana dengan mobil dan motor, mengerti akan medan perjalanan di sana dan lamanya perjalanan, yang tidak memungkinkan untuk pergi-pulang. Berkali-kali gw menolak dengan alasan medan dan durasi perjalanan, tapi berkali-kali pula si bos tidak peduli. Dia bersikeras untuk ke sana pergi-pulang. Karena tidak mau mendengar komentar gw, ya sudah... Mau gimana lagi, dia bos...

https://www.hipwee.com/sukses/perbedaan-sifat-bos-dan-pemimpin-dalam-7-meme-lucu-kamu-yang-sedang-rintis-karir-harus-tahu/

Event family outing ini di-organize oleh kantor pusat. Gw sih senang karena tidak menambah kerjaan gw. Tapi ternyata purchasing pusat tidak bisa mendapatkan bus untuk transport, apalagi hari H sudah semakin dekat. Bos pun melemparkan tugas ini ke gw. Gw pun cari ke beberapa perusahaan bus, tapi mereka semua menolak karena tidak memungkinkan untuk pergi-pulang dengan tujuan Sawarna. Akhirnya gw pun mendapatkan referensi dari adik gw, bus agent yang biasa digunakan perusahaannya. Dan inilah yang jadi boomerang untuk gw.

Saat gw telepon si bus agent di depan bos gw (pembicaraan gw loudspeaker), si bus agent pun tidak menyanggupi dan dia menyarankan untuk ke Anyer saja. Entah apa yang ada dipikiran bos gw, dia pun setuju untuk merubah venue family outing ke Anyer. What?????? 😱😱😱 #lagilagitepokjidat

Setelah deal harga dan cara pembayaran, si bos pun memutuskan agar gw gak ikut campur lagi tentang bus. Gw cukup kaget dengan keputusan si bos. But i just kept silent. Lagipula gw gak bisa ikut acara itu, karena gw ada acara di luar kota. 

Saat hari H, ternyata ada masalah. Ternyata si agent belum melunasi pembayaran ke perusahaan bus. Sehingga supir bis diperintahkan untuk berhenti di pinggir jalan tol. Si bos pun menelpon gw tentang kejadian ini. Gw, yang tidak mengikuti lagi tentang pemesana bus ini setelah di-kick off si bos, jadi kebingungan. Gw pun complaint ke si agent. Belum selesai gw bicara, telepon pun diputus oleh si agent.  Gw telepon lagi, tapi tidak diangkat oleh si agent. #tepokjidat 

Tidak lama gw dapat kabar dari si bos kalau masalah sudah selesai. Gw pun  akhirnya bisa tenang.

Hari Senin, 2 hari setelah family outing, gw meminta penjelasan mengenai masalah bus dari pegawai kantor. Dada gw seperti ditusuk. Ternyata si bos menjadikan gw sebagai kambing hitam. Mungkin si bos berpikir, gw mendapat komisi dari si agent. Demi Tuhan, gw gak mendapatkan satu sen pun. Karena itulah gw marah besar. Gw langsung memutuskan resign saat itu juga dan akan bekerja hingga akhir Mei. Tapi si bos minta agar gw bekerja sampai pertengahan Juni.

Lagi-lagi gw gak percaya dengan reaksi bos gw. Di kantor-kantor sebelumnya, saat gw mengajukan resign, bos akan bicara empat mata dengan gw dan menanyakan alasan yang sebenarnya kenapa gw resign. Tapi tidak dengan bos gw yang ini. Gw hanya bisa mengelus dada. 

Gw pun memutuskan untuk pergi-pulang dari rumah ke kantor. Setiap hari gaji gw pun dipotong karena terlambat. Tidak hanya itu gw pun kelelahan karena lamanya perjalanan yang harus gw tempuh setiap hari. Selain itu, tentu saja lelah batin juga.

Untuk perekrutan pegawai baru, pengganti gw, si bos pun minta gw yang melakukan. Mulai dari pembuatan iklan lowongan kerja, psikotest, bahkan sampai interview. #lagilagitepokjidat

1 minggu sebelum gw keluar, ada pemberitahuan dari bank untuk segera menyerahkan Akta Jual Beli (AJB). Bagaimana bisa menyerahkan AJB, pajaknya saja belum dibayarkan karena kantor tidak punya budget. Uang perusahaan untuk bayar pajak digunakan untuk hal lain. Pokoknya masalah keuangan perusahaan ini sangat rumit dan minim bukti. Jadi sulit untuk dibenahi. 

Setelah mendapatkan pinjaman, si bos minta gw untuk menyiapkan berkas-berkas pendukung untuk pembayaran pajak. Gw pun menyuruh pegawai kantor yang biasa mengurusi. Dia adalah pegawai kantor pusat, yang dimutasi ke kantor cabang. Mungkin karena umurnya lebih tua dari gw dan dia bekerja lebih lama dari gw, sulit sekali mengatur. Bahkan (kemungkinan) dia yang menyebarkan gosip tentang gw di kantor pusat, sehingga orang kantor pusat tidak menyukai gw. 

Selama ini gw mendengar bahwa jika tidak ada gw, semua pekerjaan yang gw kasih, bukan dia yang mengerjakan. Dia akan melemparnya ke orang lain, yang lebih junior daripada dia. Gw sudah melaporkan tingkah pegawai itu ke bos, tapi apa respon si bos? Dia tidak bisa apa-apa karena pegawai itu mantan guru les anak owner. #lagilagitepokjidat

Disaat detuk-detik terakhir gw, data pendukung untuk pembayaran pajak dibuat berantakan olehnya. Bahkan pajak yang sudah dibayarkan, diajukan kembali untuk pembayarannya. What???? Apa gunanya gw buat database, jika tidak dilihat???? 

Gw pun tidak bisa marah lagi ke pegawai itu. Disaat seharusnya gw sudah serah terima pekerjaan, gw harus merapihkan kembali filling yang dibuat berantakan oleh pegawai itu. Gw pun melaporkan kejadian ini ke bos. But nothing happen... Padahal bisa  dikatakan gw sudah menyelamatkan perusahaan dari kerugian sekitar 100 juta lebih. 

Gw pun serah terima pekerjaan hanya 1 hari ke pengganti gw, yaitu hari terakhir gw di kantor. Gw gak peduli lagi, pegawai itu mengerti atau tidak. Si bos pun tidak datang di hari terakhir itu, tidak ada chat atau telepon.

Hari terakhir itu gw diantarkan oleh salah satu pegawai kantor, yang umurnya paling tua, ke halte busway. Dia menemani gw menunggu bus sampai datang. Yah... Mungkin itu cara dia melepas kepergian gw dari kantor. Bahkan beberapa hari sebelum gw resign, dia sempat sedikit menangis saat selesai makan siang. 

Saat gw naik bus, dia pun melambaikan tangannya ke gw, sebagai tanda perpisahan kami. Tidak menyangka, jika pegawai itu yang melepas kepergian gw, sedangkan bos dan pegawai lain bersikap biasa saja.

#hariini #cukupsampaidisini #qmo

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home