LIER (20191205)
05 Desember (LIm desembER)
#Hariini, gw mau nulis tentang tanggal 21 April yang biasa diperingati sebagai Hari Kartini. But for me... It's my new hobby day.
Yup... Kakak gw kasih gw bibit kangkung dan bayam merah. Dia suruh gw untuk belajar jd petani. Awalnya enggan, tapi gw coba lakukan.
Percobaan pertama yang gw tanam adalah kangkung. Dan wow... Kangkung cepet tumbuh.
Ini kangkung yang berumur 5 hari
Di belakang kangkung, ada lidah buaya yang gw ambil dari halaman rumah dan gw pindahkan ke wadah botol plastik. Selain itu ada juga biji cabe yang ditanam di dalam cangkang telur, tapi belum tumbuh. Bermulai dari sinilah hobi baru gw.
Semakin lama tanaman yang gw tanam semakin banyak. Aktivitas gw yang biasanya jam 08.00 sudah masuk kamar kini mulai mundur ke jam 09.00. Karena gw harus siram tanaman dan tanam tanaman baru, yang gw dapet dari sisa sayuran dan buah. Gw merawat tanaman gw hanya dengan air bersih dan pupuk "cinta kasih" (alias tidak menggunakan pupuk, water only).
Dengan tidak menggunakan pupuk, tanaman gw tumbuh lebih lama jika dibandingkan dengan tanaman yang diberi pupuk. Selain itu gw juga tidak menggunakan pestisida. Jadi saat tanaman gw diserang siput, belalang, ulat, lebah, ayam dll, gw hanya bilang ke diri sendiri "gak apa-apa, anggap saja sedang berdana kepada hewan-hewan itu". And i didn't feel sad or angry, but happy. Because i can offering food to them. Mungkin selama ini hewan-hewan tersebut kesulitan mendapatkan makanan, dan semoga mereka happy dengan tanaman-tanaman gw π
Loving kindness, gw berikan ke tanaman-tanaman gw dan hewan-hewan yang mengganggu tanaman gw, tapi tidak untuk mereka yang sudah menyakiti gw. Lebih tepatnya mungkin belum bisa. Gw butuh waktu untuk memaafkan mereka.
Dengan kesibukan gw mengurusi tanaman-tanaman, rasa depresi gw sedikit demi sedikit berkurang. Walau kadang masih muncul rasa benci jika tiba-tiba teringat mereka, saat gw ga fokus dengan tanaman.
Gw merasa tanaman-tanaman itu seperti anak gw sendiri. Gw juga mengajak mereka ngobrol dan saling menyemangati.
Contohnya: saat tanaman kacang tanah gw layu karena diusik ayam. Berantakanlah tanamannya. Saat gw rapihkan dan tanam lagi, gw bilang ke tanaman itu "ayo, kita sama-sama berjuang untuk hidup". Gw bilang kalimat itu tidak hanya sekali tapi setiap kali gw siram, gw ulangi kalimat itu. Dan hasilnya... Tanaman itu tumbuh lagi. Gw merasa tanaman itu mengerti ucapan gw. Dan gw pun bilang terimakasih ke tanaman itu "thanks uda mau berjuang".
Mulai dari kejadian itu, saat menyiram gw ajak mereka ngobrol. Mungkin gw akan terlihat seperti orang gila yang bicara sendiri, tapi gw merasa happy jika bicara dengan mereka. Karena mereka tidak akan menyakiti gw.
Contoh lain lagi: saat tanaman melon gw semakin besar, gw topang dengan kayu. Tapi kumis pohonnya meliliti kayu itu. Gw bilang ke melon itu "jangan melilit ke kayu yah" dan besoknya gw liat kumisnya tidak melilit lagi ke kayu. Dan itu terjadi pada seluruh melon yang gw tanam. Mungkin ini terdengar tidak masuk akal, but it has happened. Karena semakin lama semakin panjang pohon melonnya hingga melebihi kayu penopang, so pohonnya mulai turun ke bawah. Dan gw mulai bingung, kalau nanti pohonnya akan menjalar sejauh mana saat di tanah. Gw sadar kenapa kumis pohonnya melilit di kayu, yaitu untuk menahan pohonnya agar tidak jatuh ke bawah. Dan gw pun bicara lagi ke pohon melon itu "kumisnya boleh deh melilit di kayu lagi". Hasilnya? Besok pagi saat gw siram, kumis pohon melonnya melilit ke kayu dan terdiri juga di pohon melon lainnya. Wow... It's amazing... I can't believe it, but it's true.
Semakin seringlah gw ngobrol dengan tanaman. Gw juga terus menyemangati tanaman-tanaman yang layu. Ada yang kembali hidup, ada juga yang mati π
Karena gw gak punya penghasilan (alias pengangguran), gw gak bisa beli pot untuk tanaman gw. Tapi ada beberapa pot bekas yang dikasih adik gw. Alhasil, gw pakai botol plastik bekas untuk menanam, sekaligus mengurangi sampah. Setelah stok botol plastik bekas habis, plastik bekas pun gw pakai untuk menanam.
Minggu pertama September, kakak gw mulai saranin untuk buat kompos dari sisa sayuran dan makanan. And... I did it... Gw mulai buat kompos tanggal 17 September. Kenapa gw bisa ingat? Karena bertepatan dengan dimulainya event bulutangkis Victor China Open 2019 π
Biasanya setelah selesai siram tanaman dan tanam tanaman baru atau ganti wadah tanaman, gw lanjut buat kompos dari sampah organik yang gw kumpulin dari semalam dan sisa sayuran setelah masak.
Setelah menunggu sekitar 1 bulan, gw pun membongkar tumpukan kompos yang gw buat. Ada yang berhasil tapi ada juga yang gagal (mostly). Bagaiman bisa tahu kompos yang berhasil dan tidak? Jika muncul ulat/larva (gw kurang tahu namanya) artinya kompos berhasil. Biasanya ulat/larva itu dijadikan pakan ternak, tapi karena gw ga mau membunuh ulat/larva itu, maka gw akan jemur kompos itu sebelum dipakai. Supaya ulat/larva itu pergi ke tempat baru.
Pikiran gw mengenai sampah pun berubah. Gw ingat di salah satu drama yang pernah gw tonton, yang mengatakan bahwa sampah itu emas. Dan gw pun berpikir seperti itu. Jika orang tua gw mau buang sampah, gw akan bilang "mulai sekarang jangan buang-buang sampah. Kalau mau buang sampah, simpan aja di dapur". Yup... Dapur menjadi daerah kekuasaan gw. Di sanalah gw menyimpan sampah organik dan non organik.
#GoGreen #Reduce #Reuse #Recycle
Itulah yang mulai gw terapkan di dalam hidup gw. Apa yang gw lakukan memang tidak menghasilkan uang, tapi tanpa orang-orang sadari jika gw sedang menyelamatkan bumi.
Akan muncul perasaan sedih jika gw melihat sampah bertebaran di jalanan atau melihat orang buang sampah sembarangan. Mereka punya uang tapi mereka tidak punya perasaan. Mereka telah mengotori bumi tanpa perasaan bersalah π
Kadang gw berpikir untuk buat suatu project, dimana setiap ada orang yang mau buang sampah, gw akan tukar sampah mereka dengan uang. But i'm joblessπ₯
Gw belum berani untuk keluar dari lingkungan rumah dan bertemu banyak orang, apalagi orang baru. Ada perasaan takut disakiti lagi oleh orang lain.
Akhirnya aktivitas masuk kamar jam 09.00 pun hilang. Gw membutuhkan waktu cukup lama untuk merawat tanaman gw. Bahkan bisa dikatakan "gak akan ada habisnya kalau sudah ngurus tanaman". Gw bisa lupa waktu saat bersama tanaman-tanaman gw. Gw pernah hampir sakit karena kecapean ngurus tanaman dari selesai masak sampai sore, tapi siangnya gw istirahat makan π
Dengan menghabiskan waktu gw seperti itu, pikiran suicide pun tidak muncul lagi. Sekarang gw tahu apa yang harus gw lakukan jika pikiran benci, marah, khawatir, useless, suicide dll muncul, yaitu lihat tanaman-tanaman gw dan ajak bicara mereka. Sampai saat ini, cara itu masih ampuh.
Tapi bagaimana jika pikiran itu muncul saat malam hari?
Ini yang belum bisa gw atasi. Pelampiasan gw hanya pada ponsel. Gw akan buka media sosial sampai berjam-jam, bahkan sampai begadang.
Padahal aktivitas gw sudah mulai berubah:
Jam 06.00 - 08.00 cuci baju, masak
Jam 08.00 - 11.00 siram tanaman
Jam 11.00 - 13.00 makan, mandi
Jam 13.00 - 17.00 urus tanaman / masuk kamar / main ponsel
Jam 17.00 - 18.30 bersih-bersih rumah, mandi
Jam 18.30 - 06.00 masuk kamar
#hariini #cukupsampaidisini #qmo
Semakin lama tanaman yang gw tanam semakin banyak. Aktivitas gw yang biasanya jam 08.00 sudah masuk kamar kini mulai mundur ke jam 09.00. Karena gw harus siram tanaman dan tanam tanaman baru, yang gw dapet dari sisa sayuran dan buah. Gw merawat tanaman gw hanya dengan air bersih dan pupuk "cinta kasih" (alias tidak menggunakan pupuk, water only).
Dengan tidak menggunakan pupuk, tanaman gw tumbuh lebih lama jika dibandingkan dengan tanaman yang diberi pupuk. Selain itu gw juga tidak menggunakan pestisida. Jadi saat tanaman gw diserang siput, belalang, ulat, lebah, ayam dll, gw hanya bilang ke diri sendiri "gak apa-apa, anggap saja sedang berdana kepada hewan-hewan itu". And i didn't feel sad or angry, but happy. Because i can offering food to them. Mungkin selama ini hewan-hewan tersebut kesulitan mendapatkan makanan, dan semoga mereka happy dengan tanaman-tanaman gw π
Loving kindness, gw berikan ke tanaman-tanaman gw dan hewan-hewan yang mengganggu tanaman gw, tapi tidak untuk mereka yang sudah menyakiti gw. Lebih tepatnya mungkin belum bisa. Gw butuh waktu untuk memaafkan mereka.
Dengan kesibukan gw mengurusi tanaman-tanaman, rasa depresi gw sedikit demi sedikit berkurang. Walau kadang masih muncul rasa benci jika tiba-tiba teringat mereka, saat gw ga fokus dengan tanaman.
Gw merasa tanaman-tanaman itu seperti anak gw sendiri. Gw juga mengajak mereka ngobrol dan saling menyemangati.
Contohnya: saat tanaman kacang tanah gw layu karena diusik ayam. Berantakanlah tanamannya. Saat gw rapihkan dan tanam lagi, gw bilang ke tanaman itu "ayo, kita sama-sama berjuang untuk hidup". Gw bilang kalimat itu tidak hanya sekali tapi setiap kali gw siram, gw ulangi kalimat itu. Dan hasilnya... Tanaman itu tumbuh lagi. Gw merasa tanaman itu mengerti ucapan gw. Dan gw pun bilang terimakasih ke tanaman itu "thanks uda mau berjuang".
Mulai dari kejadian itu, saat menyiram gw ajak mereka ngobrol. Mungkin gw akan terlihat seperti orang gila yang bicara sendiri, tapi gw merasa happy jika bicara dengan mereka. Karena mereka tidak akan menyakiti gw.
Contoh lain lagi: saat tanaman melon gw semakin besar, gw topang dengan kayu. Tapi kumis pohonnya meliliti kayu itu. Gw bilang ke melon itu "jangan melilit ke kayu yah" dan besoknya gw liat kumisnya tidak melilit lagi ke kayu. Dan itu terjadi pada seluruh melon yang gw tanam. Mungkin ini terdengar tidak masuk akal, but it has happened. Karena semakin lama semakin panjang pohon melonnya hingga melebihi kayu penopang, so pohonnya mulai turun ke bawah. Dan gw mulai bingung, kalau nanti pohonnya akan menjalar sejauh mana saat di tanah. Gw sadar kenapa kumis pohonnya melilit di kayu, yaitu untuk menahan pohonnya agar tidak jatuh ke bawah. Dan gw pun bicara lagi ke pohon melon itu "kumisnya boleh deh melilit di kayu lagi". Hasilnya? Besok pagi saat gw siram, kumis pohon melonnya melilit ke kayu dan terdiri juga di pohon melon lainnya. Wow... It's amazing... I can't believe it, but it's true.
Semakin seringlah gw ngobrol dengan tanaman. Gw juga terus menyemangati tanaman-tanaman yang layu. Ada yang kembali hidup, ada juga yang mati π
Karena gw gak punya penghasilan (alias pengangguran), gw gak bisa beli pot untuk tanaman gw. Tapi ada beberapa pot bekas yang dikasih adik gw. Alhasil, gw pakai botol plastik bekas untuk menanam, sekaligus mengurangi sampah. Setelah stok botol plastik bekas habis, plastik bekas pun gw pakai untuk menanam.
Minggu pertama September, kakak gw mulai saranin untuk buat kompos dari sisa sayuran dan makanan. And... I did it... Gw mulai buat kompos tanggal 17 September. Kenapa gw bisa ingat? Karena bertepatan dengan dimulainya event bulutangkis Victor China Open 2019 π
Biasanya setelah selesai siram tanaman dan tanam tanaman baru atau ganti wadah tanaman, gw lanjut buat kompos dari sampah organik yang gw kumpulin dari semalam dan sisa sayuran setelah masak.
Setelah menunggu sekitar 1 bulan, gw pun membongkar tumpukan kompos yang gw buat. Ada yang berhasil tapi ada juga yang gagal (mostly). Bagaiman bisa tahu kompos yang berhasil dan tidak? Jika muncul ulat/larva (gw kurang tahu namanya) artinya kompos berhasil. Biasanya ulat/larva itu dijadikan pakan ternak, tapi karena gw ga mau membunuh ulat/larva itu, maka gw akan jemur kompos itu sebelum dipakai. Supaya ulat/larva itu pergi ke tempat baru.
Pikiran gw mengenai sampah pun berubah. Gw ingat di salah satu drama yang pernah gw tonton, yang mengatakan bahwa sampah itu emas. Dan gw pun berpikir seperti itu. Jika orang tua gw mau buang sampah, gw akan bilang "mulai sekarang jangan buang-buang sampah. Kalau mau buang sampah, simpan aja di dapur". Yup... Dapur menjadi daerah kekuasaan gw. Di sanalah gw menyimpan sampah organik dan non organik.
#GoGreen #Reduce #Reuse #Recycle
https://findpk.com/zahid/Excel-Pakistan
Itulah yang mulai gw terapkan di dalam hidup gw. Apa yang gw lakukan memang tidak menghasilkan uang, tapi tanpa orang-orang sadari jika gw sedang menyelamatkan bumi.
Akan muncul perasaan sedih jika gw melihat sampah bertebaran di jalanan atau melihat orang buang sampah sembarangan. Mereka punya uang tapi mereka tidak punya perasaan. Mereka telah mengotori bumi tanpa perasaan bersalah π
Kadang gw berpikir untuk buat suatu project, dimana setiap ada orang yang mau buang sampah, gw akan tukar sampah mereka dengan uang. But i'm joblessπ₯
Gw belum berani untuk keluar dari lingkungan rumah dan bertemu banyak orang, apalagi orang baru. Ada perasaan takut disakiti lagi oleh orang lain.
Akhirnya aktivitas masuk kamar jam 09.00 pun hilang. Gw membutuhkan waktu cukup lama untuk merawat tanaman gw. Bahkan bisa dikatakan "gak akan ada habisnya kalau sudah ngurus tanaman". Gw bisa lupa waktu saat bersama tanaman-tanaman gw. Gw pernah hampir sakit karena kecapean ngurus tanaman dari selesai masak sampai sore, tapi siangnya gw istirahat makan π
Dengan menghabiskan waktu gw seperti itu, pikiran suicide pun tidak muncul lagi. Sekarang gw tahu apa yang harus gw lakukan jika pikiran benci, marah, khawatir, useless, suicide dll muncul, yaitu lihat tanaman-tanaman gw dan ajak bicara mereka. Sampai saat ini, cara itu masih ampuh.
Tapi bagaimana jika pikiran itu muncul saat malam hari?
Ini yang belum bisa gw atasi. Pelampiasan gw hanya pada ponsel. Gw akan buka media sosial sampai berjam-jam, bahkan sampai begadang.
Padahal aktivitas gw sudah mulai berubah:
Jam 06.00 - 08.00 cuci baju, masak
Jam 08.00 - 11.00 siram tanaman
Jam 11.00 - 13.00 makan, mandi
Jam 13.00 - 17.00 urus tanaman / masuk kamar / main ponsel
Jam 17.00 - 18.30 bersih-bersih rumah, mandi
Jam 18.30 - 06.00 masuk kamar
#hariini #cukupsampaidisini #qmo
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home